THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Rabu, 11 Maret 2009

300000 pengunjung dalam satu hari (Must see this)

'Rahasia blog' tentang mendapatkan 300000 pengunjung dalam satu hari.Ntah dimana saya pernah membaca artikel ini , namun ceritanya bisa di pastikan benar kalau teman teman semua emang bisa menguasainya.Namun hal ini mungkin sangat biasa bagi anda anda yang memiliki blog dengan hits yang ga terhitung lagi.Ga masalah, ini cuma berbagi aja kok :)Awal cerita gimana sebuah blog mendapatkan ratusan ribu hits dalam satu hari ini sudah tentu pernah menjadi sorotan para pakar pakar SEO.Masih ingat dengan 14 July?? Atau Valentine's day?? apa hubungannya ya??Ini erat kaitannya dengan artikel1 dan artikel2 ini dalam beberapa waktu yang lalu di blog ini. Mungkin beberapa teman juga heran kenapa artikel tidak berguna seperti itu muncul di rahasia blog?? Ini jawabannya, ya sekedar untuk membuktikan hasilnya./* Story Case */Nah, pernahkah anda melihat logo logo seperti ini??Jika sudah sepertinya teman teman sekalian sudah hampir mengerti.Kalau diperhatikan, logo logo itu hanya akan muncul pada tanggal tanggal tertentu yaitu untuk mengenang atau mengingatkan hari spesial, seperti natalan, independence day, ultahnya google dan lain lain.Jika anda melakukan klik pada gambar tersebut, (bukan di blog ini) Maka anda akan dibawa ke halaman pertama yang menduduki posisi dengan kata kunci tersebut. Atau dengan kata lain sama dengan mencari kata kunci dengan menekan tombol 'i'm feeling lucky' atau tombol 'saya sedang beruntung' pada halaman google indonesia.Memang kasus ini sama saja seperti berburu kata kunci dan menjadi peringkat utama nantinya.Kebanyakan posisi diduduki oleh wikipedia./* Case */Nah sekarang bagaimana menggeser posisi wikipedia dari peringkat nomer satu itu??Sebenarnya banyak cara diluar sana yang tidak saya ketahui. Namun apa yang saya tulis disini adalah yang saya tahu dan ingin berbagi dengan teman-teman semua.Untuk nangkring di posisi satu, salah satunya yang mungkin dapat anda lakukan yaitu dengan mengejar alamat URL sesuai dengan kata kunci dalam beberapa bulan kedepan nantinya. Misalnya 'Luciano Pavarotti'Mungkin anda bisa membuat sebuah blog dengan nama lucianopavarotti di blogger atau juga wordpress atau di blog gratisan yang memiliki PR tinggi dan sudah terindeks di Google. Kemudian buat beberapat artikel orisinil yang membahas tentang topik tersebut.Langkah berikutnya anda tinggal mensubmit artikel artikel tersebut ke situs situs sociall bookmark seperti digg, technorati, mybloglog, dll.Mungkin itu langkah yang lumayanlah kalau dibilang. :)Sebenarnya artikel ini saya tulis disaat yang bersamaan dengan kedua artikel tadi,hanya saya membuat schedule post untuk bulan oktober dengan artikel yang satu ini :)Dan lagi lagi, semoga artikel ini berguna buat teman teman sekalian ^)) Cheersss...

Rabu, 14 Januari 2009

KEKERASAN DALAM DUNIA PAENDIDIKAN

Ringkasan Laporan Hasil Penelitian "Kondisi dan Pemicu Kekerasan dalam Pendidikan"
Oleh Drs. Abd. Rachman Assegaf, M. Ag., dkk. Semuanya adalah Staf Pengajar IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ditulis kembali oleh M. Khoirul Muqtafa. Penelitian ini dibiayai oleh Departemen Agama dalam rangka Penelitian Kompetitif yang diselenggarakan oleh Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, Depag RI Tahun 2002.
Tindak kekerasan tak pernah diinginkan oleh siapapun, apalagi di lembaga pendidikan yang sepatutnya menyelesaikan masalah secara edukatif. Namun tak bisa ditampik, di lembaga ini ternyata masih sering terjadi tindak kekerasan. Akhir 1997, di salah satu SDN Pati, seorang ibu guru kelas IV menghukum murid-murid yang tidak mengerjakan PR dengan menusukkan paku yang dipanaskan ke tangan siswa. Di Surabaya, seorang guru oleh raga menghukum lari seorang siswa yang terlambat datang beberapa kali putaran. Tapi karena fisiknya lemah, pelajar tersebut tewas. Dalam periode yang yang tidak berselang lama, seorang guru SD Lubuk Gaung, Bengkalis, Riau, menghukum muridnya dengan lari keliling lapangan dalam kondisi telanjang bulat. Bulan Maret 2002 yang lalu, terjadi pula seorang pembina pramuka bertindak asusila terhadap siswinya saat acara camping. Selain tersebut di atas, banyak lagi kasus kekerasan pendidikan masih melembari wajah pendidikan kita.
Dalam melihat fenomena ini, beberapa analisa bisa diajukan: pertama, kekerasan dalam pendidikan muncul akibat adanya pelanggaran yang disertai dengan hukuman, terutama fisik. Jadi, ada pihak yang melanggar dan pihak yang memberi sanksi. Bila sanksi melebihi batas atau tidak sesuai dengan kondisi pelanggaran, maka terjadilah apa yang disebut dengan tindak kekerasan. Tawuran antarpelajar atau mahasiswa merupakan contoh kekerasan ini. Selain itu, kekerasan dalam pendidikan tidak selamanya fisik, melainkan bisa berbentuk pelanggaran atas kode etik dan tata tertib sekolah. Misalnya, siswa mbolos sekolah dan pergi jalan-jalan ke tempat hiburan.
Kedua, kekerasan dalam pendidikan bisa diakibatkan oleh buruknya sistem dan kebijakan pendidikan yang berlaku. Muatan kurikukum yang hanya mengandalkan kemampuan aspek kognitif dan mengabaikan pendidikan afektif menyebabkan berkurangnya proses humanisasi dalam pendidikan. Ketiga, kekerasan dalam pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dan tayangan media massa yang memang belakangan ini kian vulgar dalam menampilkan aksi-aksi kekerasan. Keempat, kekerasan bisa merupakan refleksi dari perkembangan kehidupan masyarakat yang mengalami pergeseran cepat, sehingga meniscayakan timbulnya sikap instant solution maupun jalan pintas. Dan, kelima, kekerasan dipengaruhi oleh latar belakang sosial-ekonomi pelaku.
Kasus perilaku kekerasan dalam pendidikan juga bervariasi: pertama, kategori ringan, langsung selesai di tempat dan tidak menimbulkan kekerasan susulan atau aksi balas dendam oleh si korban. Untuk kekerasan dalam klasifikasi ini perlu dilihat terlebih dahulu, apakah kasusnya selesai secara intern di sekolah dan tidak diekspos oleh media massa ataukah tidak selesai dan diekspos oleh media massa. Kedua, kategori sedang namun tetap diselesaikan oleh pihak sekolah dengan bantuan aparat, dan ketiga, kategori berat yang terjadi di luar sekolah dan mengarah pada tindak kriminal serta ditangani oleh aparat kepolisian atau pengadilan. Umumnya kasus perilaku kekerasan kategori ringan dan sedang ini terjadi di lingkup sekolah, masih berada dalam jam sekolah/ kuliah dan membawa atribut sekolah. Lingkup inilah yang akan menjadi sosotan dalam penelitian ini.
Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif-analitis ini bertujuan membuat tipologi perilaku kekerasan dalam pendidikan di Indonesia, terutama pasca reformasi sembari mencari kondisi apa saja yang melatarbelakangi munculnya kekerasan dalam pendidikan tersebut. Sebagai tanggung jawab moral, penelitian ini juga mengusulkan kebijakan publik guna membenahi pendidikan kondisi pendidikan yang lebih humanis, sehingga mampu mencegah berlanjutnya kekerasan dalam pendidikan tersebut.
Kekerasan dalam Pendidikan
Untuk memotret persoalan ini, perlu ditelaah terlebih dahulu kondisi pendidikan dewasa ini, yakni kondisi internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal merupakan faktor internal yang berpengaruh langsung bagi perilaku para pelajar/ mahasiswa beserta pendidiknya, termasuk perilaku kekerasan. Sedangkan kondisi eksternal adalah kondisi non-pendidikan yang merupakan faktor tidak langsung bagi timbulnya potensi kekerasan dalam pendidikan.
Merujuk kepada kondisi internal, sejauh ini dijumpai kesenjangan (discrepancy, gap) yang cukup dalam antara upaya pemerintah dalam memajukan pendidikan (idealitas) dengan kondisi riil yang dialami di lapangan (realitas). Diakui bahwa pemerintah telah berupaya memperhatikan masalah pendidikan nasional sejak awal kemerdekaan, era Orde Baru hingga saat ini. Pada awal Orde Baru, yakni masa Repelita I (1969-1974), jumlah realisasi pengeluaran pembangunan untuk sektor pendidikan dan kebudayaan adalah 77,7 miliar rupiah atau 8,2 % dari total biaya seluruh sektor pembangunan yang mencapai 944,6 miliar rupiah. Sedangkan jumlah realisasi bantuan proyek untuk sektor pendidikan dan kebudayaan mencapai 6,1 miliar rupiah atau hanya 2,1 % dari total bantuan proyek untuk seluruh sektor pembangunan nasional yang mencapai 288,2 miliar rupiah.
Hingga akhir Orde Baru (1998), Angka Partisipasi Kasar (APK) SD termasuk MI telah meningkat dari 111,9 % pada tahun 1995/1996 menjadi 112,4 % pada 1996/1997. Di tingkat SLTP, pada tahun 1996/1997 telah dibangun sebanyak 392 unit gedung baru (UGB) dan 6,5 ribu ruang kelas baru (RKB) yang seluruhnya setara dengan 8,9 RKB. Upaya tersebut telah berhasil meningkatkan daya tampung murid baru SLTP dari sekitar 2,6 juta orang pada tahun 1995/1996 menjadi 2,8 juta orang pada 1996/1997. Jumlah murid seluruhnya juga meningkat yaitu dari 6,9 juta pada 1995/1996 menjadi 7,6 juta pada 1996/1997. Dengan demikian APK sekolah lanjutan SLTP termasuk MTs naik dari 60,8 % pada tahun 1995/1996 menjadi 68,7 % pada tahun 1996/1997 yang berarti telah melampaui sasaran tahun ketiga Repelita VI, yaitu 60,2 %.
Di tingkat SLTA, pada 1995/1996 memiliki murid sebanyak 2,6 juta lalu meningkat pada 1996/1997 menjadi 2,8 juta. Sementara untuk SMK meningkat dari 1,7 juta menjadi 1,8 juta murid. Dengan demikian, APK SLTA meningkat dari 32,8 % pada tahun 1995/1996 menjadi 34,4 pada tahun 1996/1997. Apabila murid MA diperhitungkan, maka APK SLTA pada tahun ketiga Repelita tersebut mencapai 38,0 % yang berarti telah melampaui sasaran ketiga Repelita VI, yaitu 35,4 %.
Di tingkat Perguruan Tinggi (PT), jumlah mahasiswa meningkat dari 2,4 juta pada 1995/1996 menjadi sekitar 2,5 juta orang pada 1996/1997. Namun, karena kenaikan jumlah penduduk usia 19-24 tahun, APK PT pada tahun ketiga Repelita VI masih tetap seperti tahun sebelumnya, yaitu 10,6 %. Apabila jumlah mahasiswa PTA diperhitungkan, maka APK PT pada tahun 1996/1997 adalah 11,8 % yang berarti telah mencapai sasaran tahun ketiga Repelita VI yang juga sebesar 11,8 %.
Pun demikian, kondisi pendidikan kita saat ini sesungguhnya memprihatinkan, terutama sekali di lingkungan SD. Di Banjarmasin, ribuan gedung SD rusak berat. Di Banjarnegara, dari 722 SD yang beroperasi, sebanyak 400 bangunan di antaranya kondisinya rusak parah, sementara 4 bangunan SD sudah roboh. Sebanyak 323 SD/MI di Semarang rusak parah, dan akibat kekurangan murid, 470 SD Inpres se-Jateng di tutup. Di Yogyakarta, 30 % gedung SD rusak, sedang tiap kecamatan di Sleman kekurangan 30 guru. Kondisi demikian dialami oleh SD/MI di beberapa daerah lain.
Selain aspek bangunan, kondisi guru dan murid juga belum menggembirakan. 50 % guru SD yang ada masih di bawah standar, sejumlah 99.033 guru SD di bawah D-2. Alokasi dana yang dianggarkan oleh pemerintah teramat kecil bila dibandingkan dengan kondisi yang ada, apalagi bila ditilik perbandingannya dengan negara lain. Angka drop out juga tinggi. Tercatat sebanyak 15.000 lulusan SD-SLTP di Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2002/2003 diperkirakan tak bersekolah melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, di antaranya disebabkan karena pernikahan dini. Sebab ekonomi juga berpengaruh. Sedikitnya 275 anak di Sleman, Yogyakarta, pada tahun 2001 putus sekolah karena kesulitan biaya. Sementara itu, sejumlah 839.645 anak usia sekolah di Jateng terlantar, tidak bisa meneruskan sekolah karena miskin.
Kondisi kesehatan anak sekolah juga memilukan. Di Sidoarjo, berdasarkan penelitian Diskes terhadap siswa-siswi SD/MI dengan sampel berjumlah 350 SD/MI, pada 1993 sebanyak 52,3 % siswa menderita kekurangan yodium, lalu meningkat drastis pada 2002 menjadi 75,6 %. Menurut ahli asma anak, dr Noenoeng Raharjoe, berdasarkan survei dari Aceh hingga Manado, ditemukan fakta bahwa satu dari enam anak SD menderita penyakit asma. Secara umum, di kebanyakan sekolah juga rawan terjangkit Demam Berdarah. Bahkan terjadi puluhan siswa SD Demangan 01 Kota, Madiun, mengalami keracunan setelah minum susu PMTAS (Program Makanan Tambahan Anak Sekolah). Selain itu, di Kulon Progo, Yogyakarta, 54 SMUN 1 Temon yang diduga terjangkit Hepatitis A akan dibekali kaporit. Sementara di Pacitan, dijumpai 50 % pelajar menderita anemia.
Di lingkungan sekolah menengah, baik SLTP maupun SMU juga mengalami nasib tak jauh beda. Di Yogyakarta, 28 % lulusan SLTA menganggur. SMU Negeri maupun Swasta minus siswa. Di Magelang, lulusan SLTP yang melanjutkan ke SMU maupun SMK hanya 51 %. Jumlah pendaftar Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) di UNS Solo tahun ini juga menurun.
Sedangkan kondisi eksternal terutama tampak dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat, di mana pelaku pendidikan berada di dalamnya. Sejauh ini masalah narkoba, pornografi, miras, dan pergaulan bebas, serta tindak kriminal, merupakan masalah sosio-kultural yang sebagian ditemukan melibatkan pelaku yang terkait dengan simbol dan citra pendidikan.
Selama empat tahun terakhir, angka kejahatan narkoba di Indonesia naik signifikan 90 %, dari 958 kasus pada 1998 menjadi 3.617 kasus pada 2001. Penggunanya bukan lagi masyarakat umum, namun juga kalangan mahasiswa dan pelajar. Peredaran narkoba ini bahkan telah merambah ke kalangan pelajar SLTP dan SD. Di Bogor, 16 siswa SLTP dipecat karena terbukti mengkonsumsi narkoba. Sementara itu di Yogya ditemukan indikasi bahwa pemakaian narkotika ini sudah masuk ke SD.
Hal yang sama juga terjadi pada tayangan pornografi. Pornografi merupakan tantangan besar bagi masyarakat dan pendidikan. Sebab, bila pornografi dibiarkan, akan merusak moral rakyat, membuka peluang perkosaan, dan pernikahan dini. Masalah pergaulan bebas juga menjadi masalah krusial dalam pendidikan kita, terutama bagi pelajar dan mahasiswa. Menurut Romli Atmasasmita, menjadi preman bukanlah karena turunan orang tua, melainkan melalui proses pergaulan ini. Beberapa penelitian mengenai pergaulan bebas ini telah diungkap secara langsung, di antaranya adalah penelitian tentang virginitas para mahasiswa Yogyakarta yang dipublikasikan pada Agustus 2002 yang lalu, terlepas dari polemik dan kontroversi yang muncul mengenai penelitian ini. Paling tidak, penelitian tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran pola pergaulan di kalangan pelajar dan mahasiswa, ke arah yang lebih bebas. Kekerasan dalam pendidikan bisa dipengaruhi secara tidak langsung oleh kondisi eksternal ini.
Tipologi Kekerasan dalam Pendidikan
Menurut Jack D. Douglas dan Frances Chalut Waksler, istilah kekerasan (violence) digunakan untuk menggambarkan perilaku, baik secara terbuka (overt) maupun tertutup (covert), dan baik yang bersifat menyerang (offensive) maupun bertahan (defensive), yang disertai penggunaan kekuatan kepada orang lain.
Dari definisi di atas, dapat ditarik beberapa indikator kekerasan: pertama¸ kekerasan terbuka yakni kekerasan yang dapat dilihat atau diamati secara langsung, seperti perkelahian, tawuran, bentrokan massa, atau yang berkaitan dengan fisik. Sebagai contoh adalah kasus pengeroyokan 4 siswa SMKI terhadap temannya Suharyanyo (17 tahun), siswa kelas tiga SMKI yang dianiaya hingga meninggal karena alasan dugaan penipuan order mendalang. Kedua, kekerasan tertutup yakni kekerasan tersembunyi atau tidak dilakukan secara langsung, seperti mengancam, intimidasi, atau simbol-simbol lain yang menyebabkan pihak-pihak tertentu merasa takut atau tertekan. Ancaman dianggap sebagai bentuk kekerasan¸ sebab orang hanya mempercayai kebenaran ancaman dan kemampuan pengancam mewujudkan ancamannya. Misalnya, kasus demonstrasi mahasiswa menolak SK Rektor UGM Yogyakarta tentang Biaya Operasional Pendidikan atau BOP, kedua belah pihak saling mengancam. Di satu sisi, pihak UGM akan melakukan sweeping KTP para demonstran, di pihak lain, mahasiswa mengancam akan melakukan demo besar-besaran.
Ketiga, kekerasan agresif (offensive) yakni kekerasan yang dilakukan untuk mendapatkan sesuatu seperti perampasan, pencurian, pemerkosaan atau bahkan pembunuhan. Indikator kekerasan ini sudah masuk prilaku kriminal, di mana pelakunya dapat dikenakan sanksi menurut hukum tertentu. Contohnya kasus pembobolan di Universitas Jember, pencabulan terhadap siswa SD atau SLTP, atau penembakan guru SD hingga tewas. Keempat, kekerasan defensif (defensive) yakni kekerasan yang dilakukan sebagai tindakan perlindungan, seperti barikade aparat untuk menahan aksi demo lainnya. Sengketa tanah warga dengan pihak sekolah, merupakan contoh yang relevan.
Dari sisi tingkat (level) kekerasan, intensitas suatu kekerasan bisa meningkat dari kekerasan ringan atau potensi menjadi kekerasan tingkat sedang bahkan dapat berlanjut pada kekerasan tingkat berat, berupa tindak kriminal dalam pendidikan. Kekerasan disebut dalam bentuk potensi, bilamana memiliki indikator sebagai berikut: bersifat tetutup, berupa unjuk rasa untuk menyampaikan aspirasi, pelecehan nama baik seseorang, dan ancaman atau intimidasi. Bila kekerasan tertutup berubah menjadi konflik terbuka, unjuk rasa berubah menjadi bentrok, ancaman berubah menjadi tindakan nyata, dan kekerasan defensif menjadi ofensif, maka saat itu juga potensi berubah menjadi kekerasan.
Meski demikian, kekerasan dalam pendidikan tidak selalu terjadi secara berurutan dari potensi (ringan), menjadi kekerasan (sedang), lalu tindak kriminal (berat). Bisa saja kekerasan yang berlangsung hanya sampai pada potensi saja, tidak berlanjut ke tingkat atasnya. Kadang terjadi kekerasan berbentuk tindak kriminal, tanpa didahului oleh potensi maupun kekerasan sebelumnya. Akan tetapi penelitian ini ditemukan bahwa pada kasus tertentu kekerasan ringan berlanjut menjadi kekerasan sedang, bahkan menjadi tindak kriminal.
Dari 6 surat kabar yakni Bernas, Kedaulatan Rakyat, Jawa Pos, Republika, Kompas, Suara Merdeka, yang dipilih secara acak (random sampling), ditemukan sebanyak 71 kasus potensi kekerasan atau tingkat ringan yang umumnya terjadi karena sebab tertentu yakni: masalah sistem Penerimaan Siswa Baru (PSB), masalah kenaikan biaya pendidikan, masalah demokratisasi dan transparansi, penyelenggaraan pendidikan, terutama di lingkungan kampus, masalah lingkungan dan sosial, masalah yang muncul secara spontan karena adanya momen tertentu, dan masalah lainnya.
Sedangkan kekerasan dalam kategori sedang, dalam penelitian ini, ditemukan 93 kasus yang sebagian besar muncul secara langsung tanpa didahului oleh kekerasan sebelumnya. Kasus ini berupa kekerasan antar pihak sekolah, kekerasan antar pelajar/mahasiswa, kasus kekerasan guru terhadap siswa dan sebaliknya, kekerasan pelajar terhadap guru, kasus kekerasan mahasiswa terhadap masyarakat dan sebaliknya, kekerasan masyarakat terhadap siswa.
Adapun kasus kriminalitas dalam pendidikan (tingkat berat) biasanya berkutat pada pencabulan, penculikan, pencurian, bahkan aksi pembunuhan. Siswi SD dan SLTP termasuk yang sering menjadi korban pencabulan yang acap kali dilakukan oleh pelaku yang sudah dikenal atau dekat. Sedang kasus penculikan dilakukan karena motif tertentu seperti permintaan uang tebusan. Aksi pencurian juga mewarnai kekerasan masyarakat kepada pihak sekolah/kampus. Sementara tindak kriminal berupa pembunuhan sebagaimana menimpa guru di Aceh yang mencapai 200 kasus dengan 50 korban meninggal dan 100 lainnya mengalami cacat fisik permanen dan kehilangan tempat tinggal karena rumahnya terbakar. Di kalangan pelajar dan mahasiswa, bentuk tindak kriminal yang sering terjadi adalah peredaran dan konsumsi narkoba sebagaimana yang terjadi di Sleman dan Yogyakarta.
Humanisasi Pendidikan
Mengingat bahwa pendidikan adalah ilmu normatif, maka fungsi institusi pendidikan adalah menumbuh-kembangkan subyek didik ke tingkat yang normatif lebih baik, dengan cara/jalan yang baik, serta dalam konteks yang positif. Disebut subyek didik karena peserta didik bukan merupakan obyek yang dapat diperlakukan semaunya pendidik, bahkan seharusnya dipandang sebagai manusia lengkap dengan harkat kemanusiannya.
Menurut Freire, fitrah manusia sejati adalah menjadi pelaku atau subyek, bukan penderita atau obyek. Panggilan manusia sejati adalah menjadi pelaku yang sadar, yang bertindak mengatasi dunia serta realitas yang menindasnya. Dunia dan realitasnya bukan “sesuatu yang ada dengan sendirinya”, dan karena itu “harus diterima menurut apa adanya”, sebagai suatu takdir atau nasib yang tak terelakkan. Manusia harus menggeluti dunia dan realitas dengan penuh sikap kritis dan daya cipta, dan itu berarti manusia mampu memahami keberadaan dirinya. Oleh karena itu, pendidikan harus berorientasi pada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri, dan harus mampu mendekatkan manusia dengan lingkungannya.
Adanya beberapa bentuk kekerasan dalam pendidikan yang masih merajalela merupakan indikator bahwa proses atau aktivitas pendidikan kita masih jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Di sinilah urgensi humanisasi pendidikan. Humanisasi pendidikan merupakan upaya untuk menyiapkan generasi yang cerdas nalar, cerdas emosional, dan cerdas spiritual, bukan menciptakan manusia yang kerdil, pasif, dan tidak mampu mengatasi persoalan yang dihadapi.
Dari beberapa literatur pendidikan, ditemukan beberapa model pembelajaran yang humanistik ini yakni: humanizing of the classroom, active learning, quantum learning, quantum teaching, dan the accelerated learning.
Humanizing of the classroom ini dilatarbelakangi oleh kondisi sekolah yang otoriter, tidak manusiawi, sehingga banyak menyebabkan peserta didik putus asa, yang akhirnya mengakhiri hidupnya alias bunuh diri. Kasus ini banyak terjadi di Amerika Serikat dan Jepang. Humanizing of the classroom ini dicetuskan oleh John P. Miller yang terfokus pada pengembangan model “pendidikan afektif”. Pendidikan model ini bertumpu pada tiga hal: menyadari diri sebagai suatu proses pertumbuhan yang sedang dan akan terus berubah, mengenali konsep dan identitas diri, dan menyatupadukan kesadaran hati dan pikiran. Perubahan yang dilakukan tidak terbatas pada substansi materi saja, tetapi yang lebih penting pada aspek metodologis yang dipandang sangat manusiawi.
Active learning dicetuskan oleh Melvin L. Silberman. Asumsi dasar yang dibangun dari model pembelajaran ini adalah bahwa belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada saat kegiatan belajar itu aktif, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan belajar. Mereka mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari.
Dalam active learning, cara belajar dengan mendengarkan saja akan cepat lupa, dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengarkan, melihat, dan mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, dan cara untuk menguasai pelajaran yang terbagus adalah dengan mengajarkan. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, dan menarik. Active learning menyajikan 101 strategi pembelajaran aktif yang dapat diterapkan hampir untuk semua materi pembelajaran.
Adapun quantum learning merupakan cara pengubahan bermacam-macam interaksi, hubungan dan inspirasi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Dalam prakteknya, quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar dan neurolinguistik dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu. Quantum learning mengasumsikan bahwa jika siswa mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu akan mampu membuat loncatan prestasi yang tidak bisa terduga sebelumnya. Dengan metode belajar yang tepat siswa bisa meraih prestasi belajar secara berlipat-ganda. Salah satu konsep dasar dari metode ini adalah belajar itu harus mengasyikkan dan berlangsung dalam suasana gembira, sehingga pintu masuk untuk informasi baru akan lebih besar dan terekam dengan baik.
Sedang quantum teaching berusaha mengubah suasana belajar yang monoton dan membosankan ke dalam suasana belajar yang meriah dan gembira dengan memadukan potensi fisik, psikis, dan emosi siswa menjadi suatu kesatuan kekuatan yang integral. Quantum teaching berisi prinsip-prinsip sistem perancangan pengajaran yang efektif, efisien, dan progresif berikut metode penyajiannya untuk mendapatkan hasil belajar yang mengagumkan dengan waktu yang sedikit. Dalam prakteknya, model pembelajaran ini bersandar pada asas utama bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkanlah dunia kita ke dunia mereka. Pembelajaran, dengan demikian merupakan kegiatan full content yang melibatkan semua aspek kepribadian siswa (pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh) di samping pengetahuan, sikap, dan keyakinan sebelumnya, serta persepsi masa mendatang. Semua ini harus dikelola sebaik-baiknya, diselaraskan hingga mencapai harmoni (diorkestrasi).
The accelerated learning merupakan pembelajaran yang dipercepat. Konsep dasar dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran itu berlangsung secara cepat, menyenangkan, dan memuaskan. Pemilik konsep ini, Dave Meier menyarankan kepada guru agar dalam mengelola kelas menggunakan pendekatan Somatic, Auditory, Visual, dan Intellectual (SAVI). Somatic dimaksudkan sebagai learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan berbuat). Auditory adalalah learning by talking and hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual diartikan learning by observing and picturing (belajar dengan mengamati dan mengambarkan). Intellectual maksudnya adalah learning by problem solving and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi).
Bobbi DePorter menganggap accelerated learning dapat memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal dan dibarengi kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang sekilas tampak tidak mempunyai persamaan, tampak tidak mempunyai persamaan, misalnya hiburan, permainan, warna, cara berpikir positif, kebugaran fisik dan kesehatan emosional. Namun semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.
Dalam Islam, paradigma pendidikan yang dipakai adalah persenyawaan antara anthropocentris dan theocentris. Artinya proses perkembangan moral manusia itu didasari nilai-nilai islami yang dialogis terhadap tuntutan Tuhan, tuntutan dinamika sosial, dan tuntutan pengembangan fitrah lebih cenderung kepada pola hidup yang harmonis antara kepentingan duniawi dan ukhrawi, serta kemampuan belajarnya disemangati oleh misi kekhalifahan dan penghambaan.
Nilai-nilai kemanusiaan berakar pada penciptaan manusia. Manusia tercipta sebagai makhluk dinamis yakni manusia terus menerus berkembang dan berubah setiap saat. Berdasarkan tesis ini, maka nilai-nilai kemanusiaan juga mengalami perkembangan dan perubahan pula. Nilai-nilai kemanusiaan itu berubah sejalan dengan perubahan waktu. Berubah berarti mengalami pergeseran, yaitu bergeser dari satu tahapan menuju ke tahapan yang lain, dari satu tingkatan menuju ke tingkatan berikutnya.
Dimensi theocentris (hablun min Allâh) dan anthropocentris (hablun min al-nâs) adalah dua dimensi bagaikan dua sisi mata uang. Kesalehan seseorang kepada Tuhan tidaklah dianggap cukup jika tidak disertai dengan kesalehannya kepada sesama manusia dan makhluk lainnya. Dengan demikian, dimensi anthropocentris dan dimensi theocentris pada hakikatnya mewujudkan kesejahteraan anthropocentris. Rasa kemanusiaan yang terpisah dari rasa ketuhanan akan menjadikan manusia memberhalakan manusia. Makna sejati dari kemanusiaan itu sendiri terletak pada kebersamaannya dengan ketuhanan. Demikian juga rasa ketuhanan tidak akan memperoleh makna yang luhur bila tidak diikuti dengan rasa kemanusiaan.
Ada beberapa prinsip tentang manusia yang dapat dijadikan landasan bagi kepentingan pendidikan Islam yang humanis yaitu: pertama, manusia (peserta didik) adalah makhluk termulia yang melebihi makhluk-makhluk lain seperti malaikat, jin, setan, dan hewan. Karena itu, dalam proses pendidikan, para guru lebih mendahulukan strategi pembelajaran yang memanusiakan manusia daripada yang bersifat pemaksaan.
Kedua, manusia memiliki kemampuan berfikir dan permenungan. Ia dapat menjadikan alam sekitarnya sebagai objek renungan, pengamatan, dan arena tempat menimbulkan perubahan yang diingini. Manusia adalah makhluk yang mampu melakukan self-reflection, ia mampu keluar dari dirinya dan menengok ke belakang, kemudian mengadakan penelitian dan permenungan. Ketiga, ada perbedaan perseorangan. Yakni bahwa masing-masing manusia memiliki ciri khas tersendiri berdasarkan potensi yang dimilikinya, baik lahir maupun batin. Menelaah manusia hanya pada satu sisi, akan membawa pada stagnasi pemikiran tentang manusia, sekaligus menjadikannya obyek yang statis.
Keempat, manusia dalam kehidupannya dipengaruhi dan bersosialisasi dengan faktor-faktor bawaan dan alam lingkungan, terutama lingkungan sosial. Manusia membutuhkan sosialisasi di antara mereka. Hubungan antar manusia didasari oleh hubungan kekhalifahan, kebaikan, dan egaliter. Manusia lain dipandang sebagai pribadi yang harus dipersilakan mengembangkan dirinya. Kelima, Manusia dalam kebebasannya mengolah spiritualitasnya untuk dapat menyadari eksistensi Tuhan. Menyadari eksistensi Tuhan akan melahirkan tanggung jawab kepada Sang Ilahi. Menurut Andreas Harefa, lahirnya tanggung jawab itu karena didorong oleh adanya kesadaran mengenai hakikat diri sebagai makhluk langit, makhluk moral spiritual (moral spiritual being) dan tidak hidup hanya untuk minum dan makan.
Pendidikan bukan hanya memberikan keleluasaan terhadap pengabdian spiritual, melainkan yang lebih penting lagi harus memungkinkan terselesaikannya berbagai peristiwa tragis kemanusiaan seperti penindasan, pembodohan, teror, radikalisme, keterbelakangan, dan permasalahan lingkungan. Agar wacana kemanusiaan tanpa kekerasan tetap dikedepankan dalam pendidikan, kurikulum harus menyajikan materi yang memungkinkan bagi tumbuhnya sikap kritis bagi peserta didik.
Kesimpulan
Kekerasan pendidikan masih sering dijumpai dalam pendidikan kita. Berbagai kasus yang diungkap dalam penelitian ini adalah bukti nyata hal di atas. Agar pendidikan berjalan tanpa kekerasan, maka perlu dipertimbangkan pendidikan nilai yang efektif, penerapan metode pembelajaran yang humanis, dan internalisasi nilai-nilai Islam, moral dan budaya nasional dalam keseluruhan proses pendidikan. Untuk itu, pemahaman yang cukup tentang pendidikan yang humanis perlu diketahui semua pihak yang terlibat dalam pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Atmadi dan Y. Setiyaningsih (ed.), Transformasi Pendidikan Memasuki Milenium Ketiga, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2000.
Abdul Fattah Jalal, Min al-Ushûl al-Tarbiyyah fî al-Islâm, t. tp., 1977.
Abdul Ghani Abud, Al-Aqîdah al-Islâmiyyah al-Aydiôloghia al-Mu’âshirah, Dar al-Fikri al-Arabi, Kairo Mesir, 1976.
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, terj. Jamaludin Miri, Jilid 1, Pustaka Amani, Jakarta, 1994.
Abrasyi al. M. Athiyah, Rûh al-Tarbiyyah wa al-Ta’lîm, Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, Mesir, t.t.
Alia Ali Izetbegovic, Islam antara Timur dan Barat, Pustaka, Bandung, 1993.
Andrias Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar, PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2001.
Armada Riyanto, F., Agama Anti Kekerasan, Dioma, Malang, 2000.
Azim, Ali Abdul, Falsafah al-Ma’rifah fî al-Qur’ân al-Karîm, al-Haidah al-Ammah, Kairo, 1973.
Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1998.
Bambang Sudibyo, “Pendidikan Akhlak Makin Penting”, dalam Bernas, Yogyakarta, PT. Bernas, 7 Oktober 2002.
Buchori, Mochtar, Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1994.
Darminta, J. SJ., Mengubah Tanpa Kekerasan, Kanisius, Yogyakarta, 1993.
Fromm, Erich, “The Anatomy of Human Destructiveness” dalam Kamdani, terj. Akar Kekerasan: Analisis Sosio-Psikologis atas Watak Manusia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000.
Halim, A. Ridwan, Tindak Pidana Pendidikan (Suatu Tinjauan Filosofis-Edukatif). Ghalia, Jakarta, 1985.
Ha1im, A. Ridwan, Tindak Pidana Pendidikan dalam Asas-asas Hukum Pidana Indonesia (Suatu Tinjauan Yuridis Edukatif), Ghalia, Jakarta, 1985.
Hanna Djumhana Bastaman, Meraih Hidup Bermakna: Kisah Pribadi dengan Pengalaman Tragis, Paramadina, Jakarta, t.t.
Harun Nasution, Teologi Islam, Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, UI-Press, Jakarta, 1986.
Hasan Abdul Ali, al-Tarbiyyah al-Islâmiyyah fî al-Qur’ân al-Rabi’ al-Hijriy, Dar al-Fikr al-Arabi, Kairo, 1978.
Imam Barnadib, Pemikiran Tentang Pendidikan Baru, Andi Offset, Yogyakarta, 1983.
Ismail SM dan Abdul Mukti (ed.), Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000.
Kartono, Kartini, Tinjauan Holistik Mengenai Tujuan Pendidikan Nasional, Pradnya Paramita, Jakarta, 1997.
Kartono, Kartini, Tinjauan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasional, Pradnya Paramita, Jakarta, 1997.
Krishnamurti, J., Bebas Kekerasan, Yayasan Krishnamurti Indonesia, Malang, 1982.
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Mizan, Bandung, 1977.
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1999.
Morris L. Bigge, Learning Theories for Teachers, Harper and Row Publisher Inc, USA, 1982.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, PT Remaja Rosda Karya, Bandung, 2001.
Muhammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,Usaha Nasional, Surabaya Indonesia, 1986.
Muhammad Quthub, Al-Insân bayna al-Maddiyah wa al-Islâm, Cet. II, Dar al-Kutub al-Arabiyah, Mesir, 1968.
Murtadha Muthari, Fitrah, terj. H. Afif Muhammad, Lentera, Jakarta, 1999.
Musa Asy’rie, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam al-Quran, LESFI, Yogyakarta, 1992.
Muslih Usa dan Aden Wijdan ZS (ed.), Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial, Aditya Media, Yogyakarta, 1997.
Nahiawi al-Abdurrahman, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, terj. Herry Noer All, Diponegoro, Bandung, 1989.
Najati, Usman, al-Qur’ân wa ‘Ilm al-Nafs, Dar al-Syuruq, Kairo Mesh, 1402 H/1982 M.
Nawawi, Hadari dan Mimi Martini, Kebijakan Pendidikan di Indonesia Ditinjau dari Sudut Hukum, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1994.
Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta, 1990.
Noor Patrianti, Krisni. “Kekerasan: Suatu Tinjauan Filosofis” dalam Gema Duta Wacana, Gema Duta Wacana, Yogyakarta, 1995.
Poespowardojo, Soerjanto, dan K. Bertens (ed.), Sekitar Manusia: Bunga Rampai Tentang Filsafat Manusia, PT. Gramedia, Jakarta, 1978.
Rahardjo, M. Dawam (ed.), Keluar dari Kemelut Pendidikan Nasional: Menjawab Tantangan Sumber Daya Manusia Abad 21, Intermasa, Jakarta, 1997.
Rahardjo, M. Dawam, “Pembangunan dan Kekerasan Struktural: Agenda Riset Perdamaian” dalam Prisma, Jakarta, LP3ES, 1981.
Shadr, Ash, M. Baqir, Sejarah Dalam Perspektif Al-Qur’an Sebuah Analisis, terj. MS. Nasrullah, Pustaka Hidayah, Jakarta, 1993.
Sindhunata (ed.), Pendidikan: Kegelisahan Sepanjang Zaman, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2001.
Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu, Balai Pustaka, Jakarta, 1993.
Subangun, Emmanuel, Politik Anti-Kekerasan Paska Pemilu 1999, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999.
Supriatma, A. Made Tony (ed.), 1996: Tahun Kekerasan (Potret Pelanggaran HAM di Indonesia, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta, 1997.
Syaibani, al, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung, Bulan Bintang, Jakarta, 1979.
Tarmizi, Aspiring for the Middle Path: Religious Harmony in Indonesia, CENSIS, Jakarta, 1997.
Tier, Alvin, “Powershift: Knowledge, Wealth and Violence at the Edge of 21st Century “dalam Wangsalegawa T. (terj.), Pergeseran Kekuasaan: Pengetahuan, Kekayaan, dan Kekerasan di Penghujung Abad ke-21, Pantja Simpati, Jakarta, 1992.
Tondowidjojo, John, Kekerasan dalam Televisi, Sanggar Bina Taina, Surabaya, 1994.
UU. RI No. 2 Tahun 1989 tentang: Sistem Pendidikan Nasional, Kloang Kledejaya, Jakarta, 1989.

Perang, Israel, dan Palestina (Hamas)2 01 2009
window.google_render_ad();
Seperti yang sudah aku prediksikan, khutbah Jumat hari ini (02/01) pasti dipenuhi dengan topik seputar Israel - Palestina. Sebuah topik yang sebenarnya tidak ingin aku dengar pada sebuah ibadah seperti sholat Jumat. Menutup tahun 2008 dan membuka lembaran baru di 2009 diwarnai tragedi perang berkelanjutan di Jalur Gaza. Israel telah melancarkan pemboman besar-besaran terhadap sasaran HAMAS di Jalur Gaza, sebagai pembalasan atas serangan roket terus-menerus dari daerah kantong kecil itu. Serangan itu telah menewaskan 400 orang lebih dan melukai lebih dari 2000 orang, yang menurut media sebagian besar korbannya adalah rakyat sipil.
Tujuan dari pemboman besar-besaran Israel di Jalur Gaza adalah untuk menggulingkan penguasanya, HAMAS, demikian kata Wakil PM Israel Haim Ramon, dalam komentar yang disiarkan televisi (Senin, 29/12). Haim Ramon telah lama mendesak dilancarkannya serangan besar guna mengakhiri kekuasaan kelompok Islam itu di Jalur Gaza, “Tujuan operasi ini adalah untuk menggulingkahn HAMAS. Kami akan menghentikan serangan dengan segera jika seseorang mengambil tangung-jawab pemerintah itu, siapa saja kecuali HAMAS. Apa yang militer akan lakukan pada saat ini adalah mencegah HAMAS menguasai wilayah itu.”
Perang yang saat ini dikobarkan Israel adalah perjuangan dan pergerakan Zionisme mereka, yaitu gerakan bangsa Yahudi kembali ke Zion, sebuah bukit tempat Kota Yerusalem berdiri. Perebutan tempat itu intensif muncul pada abad ke 19, dengan target berdirinya negara Yahudi di tanah yang saat itu dikuasai Ottoman, Khalifah Ustmaniah di Turki.
Setengah abad kemudian, berdirilah negara Israel, tepatnya pada 15 Mei 1948. Negara yang kontra dengan Israel dilawan dengan agresi militer. PBB mengeluarkan Resolusi 3379 pada 10 Desember 1975 yang menyatakan Zionisme melakukan diskriminasi rasial. Namun pada 16 Desember 1991 resolusi tersebut dicabut.
Perbandingan kekuatan militer Hamas dan Israel. (sumber: tempointeraktif.com)
Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, mendapat dukungan kuat Iran yang tidak mengakui Israel sebagai salah satu negara masyarakat internasional.
Tujuh ribu mahasiswa dari kota Isfahan di bagian tengah Iran, Senin (29/12), mendaftarkan diri untuk memerangi Israel. “Pada hari pertama pendaftaran untuk memerangi rejim Zionis dan membantu rakyat Palestina, 7.000 mahasiswa dari berbagai universitas di Isfahan telah menyampaikan kesediaan,” kata Mohammad Zarifi, anggota Perhimpunan Mahasiswa Islam Iran.
Pendaftaran itu dilakukan sehari setelah pemimpin spiritual Iran Ayatollah Ali Khamenei mengeluarkan fatwa yang menyatakan siapa saja yang meninggal dalam perang melawan Israel dan membela Jalur Gaza akan menjadi syahid.
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mendesak agar seluruh negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam untuk mengirimkan tentaranya ke Palestina guna melawan serdadu Israel yang menyerang dan membunuh ratusan warga sipil di Jalur Gaza, Palestina.Front Pembela Islam (FPI) juga telah membuka pendaftaran untuk berangkat perang ke Palestina, dengan tiket one-way.
Selain mengirim tentaranya, HTI juga mendesak kepada berbagai negara Muslim untuk bersatu dan menegakkan sendi-sendi kekhalifahan yang dapat menaungi seluruh umat muslim di dunia.
Sudah bisa ditebak, demo anti Israel -yang juga membawa nama Amerika dan sekutunya- merebak di mana-mana, tidak hanya di negara yang mayoritas muslim, tetapi juga di Amerika dan Uni Eropa. Di Indonesia, isu yang diangkat adalah seputar Islam, kapitalisme, dan penegakan Khilafah.
Sejarah manusia memang selalu diwarnai aksi saling bunuh antar sesama, perang, dan kehancuran, dengan cara dan alasan apapun untuk membenarkannya, termasuk agama.
Aku pribadi tidak yakin semua orang Palestina tidak ingin hidup damai tanpa ada saling serang dengan Israel. Demikian pula orang Israel, tidak selamanya mau hidup di bawah bayang-bayang sasaran roket dan bom bunuh diri pejuang Hamas. Tetapi, karena isu agama pada perang ini sudah terlanjur merekat kuat, entah sampai kapan militer Israel menggempur daerah yang mereka anggap sebagai basis Hamas, sementara pejuang Hamas dengan roket dan intifada-nya terus menghantui Israel.
Bahkan, mungkin, apabila di dunia ini tidak ada agama, atau di alam sesudah kematian nanti tidak ada akhirat (surga dan neraka), kita (manusia) masih tetap akan saling bunuh antar sesama, demi sebuah kekuasaan yang tidak pernah ada batasnya.
//-->
window.google_render_ad();
« End of Year Akibat Siaran TV Diblokir »
Tindakan
RSS Komentar
Lacak balik
Information
Penulis : zoel-->
Tanggal : 2 Januari 2009
Tags : , , , , , , ,
Kategori : Agama, Artikel Lepas, Opini Zoel
314 tanggapan ke “Perang, Israel, dan Palestina (Hamas)”
2 01 2009
dedy (11:58:42) :
Assalamualikum Wr.Wb. . . .dunia semakin menjadi. . . . . . .dan sepertinya kaum yahudi mulai menunjukan peperangan terhadap kaum muslim,dan seperti tahun sebelum kita. . . . .turut berduka untuk kaum muslimin yg menjadi korban kebringasan kaum yahudi dan semoga Allah mengampun dosa-dosa mereka yg menjadi korban dan semoga di beri ketabahan untuk yg ditinggalkan. . . .dan turut kecewa dengan bangsa Arab yg hanya berdiam diri melihat saudaranya yg sedang kesusahan. . . . . .dan bangsa Indonesia yg mayoritas masyaraktnya Muslim jangan sampai kita tertipu oleh kaum yahudi yg berusaha memisahkan dan menghancurkan persaudaraan Agama Islam. . . . . . . . . .dengan contoh para pejuang kita Amrozi cs telah di eksekusi yg sebenernya jejaknya yaitu untuk memerangi kaum yahudi yg semakin menggerogoti generasi muda bangsa kita. . . . dan semoga Allah meberikan jalan Untuk umatnya yg sedang di landa cobaan yg teramat berat yg hanya dengan ke Imanan dan kesabaran kita bisa melewatinya,. . . Allahuma Amien. . . . . . .
2 01 2009
Hamba Allah (12:39:03) :
Kejadian ini sudah diramalkan dan diatur oleh Allah Swt suatu saat ummat Islam akan menang seperti Hadist Rasulullah yang berbunyi > Artinya:Daripada Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah akan berlaku qiamat, sehingga kaum Muslimin memerangi kaum Yahudi sehingga kaum Yahudi itu bersembunyi di sebalik batu dan pohon kayu, lalu batu dan pohon kayu itu berkata, (Hai orang Islam, inilah orang Yahudi ada dibelakang saya. Kemarilah!l Dan bunuhlah ia!”, kecuali pohon gharqad (semacam pohon yang berduri), kerana sesungguhnya pohon itu adalah dari pohon Yahudi (oleh sebab itulah ia melindunginya)”.
H.R. Bukhari Muslim
KeteranganHadis ini memberikan harapan yang sangat besar kepada kaum Muslimin dan menjanjikan kemenangan mereka dalam memerangi orang-orang Yahudi. Jadi walaupun orang-­orang Yahudi merancang dan berusaha sedaya upaya untuk membunuh dan rnenyesatkan umat Islam, namun akhirnya kaum Yahudi akan binasa juga di dalam kepungan umat Islam. Umat Islam akan membunuh dan menghapuskan semua kaum Yahudi yang ada di permukaan bumi ini dan umat Islam akan ditolong oleh makhluk-makhluk Allah yang lain, sehinggakan batu dan pohon kayu pun akan memberi penolongan kepada mereka. Amiien Allahuakbar
TAMAT
40 Hadith tentang Peristiwa Akhir Zaman ini dipetik dari buku yang telah di susun oleh Abu Ali Al Banjari An Nadwi (Ahmad Fahmi Zamzam) untuk renungan kita bersama.Insya’allah dengan berkat keinsafan kita, dapat kita mengambil iktibar dengan kejadian masa kini, mudah-mudahan ia membawa petunjuk kepada orang-orang yang bertakwa.
2 01 2009
Tom (13:42:18) :
Dari segi kemanusiaan saya rasa memang tidak sepantasnya Israel melakukan tindakan seperti itu. Namun dari segi keamanan dan masa depan palestina, sebaiknya memang kelompok hamas harus keluar dari palestina.
Kadang saya bertanya, siapa sih yang mengorbankan rakyat sipil? Israel atau kelompok hamas? Kelompok hamas yang lempar roket sembunyi ke rakyat sipil, sama aja dengan “lempar batu sembunyi tangan”. Israel yg menjaga keselamatan mereka terpaksa harus bela diri, hasilnya balasan batu yang di lempar tak tepat pada tujuannya.
Seharusnya untuk memerangi hal-hal semacam ini adalah dengan hati yang dingin. Terutama bagi kita yang tidak tahu menahu akar persoalannya. Yang api semangatnya membara penuh dendam. Padahal negara yg dekat dng palestina sendiri dan sekutunya diam saja tak mau ambil pusing.
Jangan tambah minyak/bensin di bara api yang ganas itu, tapi berikanlah air yang deras untuk memadamkannya. Cukup dengan memberi bantuan obat2an, kasih dan juga yang terpenting “DOA”, kalau emang anda mempercayai Tuhan.
2 01 2009
reenee (13:54:06) :
Dear Dedy,tertipu oleh kaum yahudi?memisahkan dan menghancurkan persaudaraan, dengan ambil contoh Amrozi??menggerogoti generasi muda???adakah bahasa yang tidak semakin memperlebar jurang????
COBALAH UNTUK BERPIKIR DARI SEMUA SEGI, SEMUA ASPEK.PIKIRKAN SEBAB, AKIBAT…
2 01 2009
nasrul (14:48:35) :
Iya tpi menurut saya jika seandainya Hamas keluar dari Palestina dan diganti dengan pemimpin yang lebih mendukung israel mungkin israel akan lebih leluasa ditambah dukungan dari Amerika..
2 01 2009
nasrul (14:56:09) :
Hamas melakukan hal seperti itu sudah pasti karena sebelumnya di mulai dari ulah israel terhadap warga pelastina..jadi sudah pasti Hamas akan membalas tapi karena jumlah persenjataan dan pasukan yang jauh dibawah Israel ya.. satu satunya strategi terbaik adalah gerilyakarena jika mereka (Hamas) menyerang Israel secara Frontal mereka akan Kalah Jumlah, Persenjataan dan yang pasti juga Kekuatan lalu setelah mereka (Israel) menang melawan Hamas maka Israel akan mencari-cari alasan lain untuk menyerang Palestina yang telah kehilangan Hamas akibat kalah tempur..Jadi ya lebih baik mati dengan syahid dari pada selamat dengan ketakutan..ini adalah pemikiran saya berdasarkan bukti yang ada..
2 01 2009
syekhbajang (16:46:01) :
Ya Allah berikanlah kemenangan pada para mujahid palestina dari serangan kaum zionis Israel. Amin Ya Rabbal ‘Alamin
3 01 2009
Ihm hambuako (02:04:48) :
jANGAN MENGAITKAN SESUATU KE RANAH AGAMA..PERANG ISRAEL DAN PALESTINA TIDAK ADA HUBUNGAN DENGAN PERANG AGAMA…..PALESTINA DAN ISRAEL AKAN DAMAI KALAU HAMAS TIDAK ADA DI PALESTINA…
3 01 2009
senopatiarthur (03:03:44) :
Semoga kemenangan Islam segera tiba dengan diterapkannya Islam secara kaffah melalui daulah khilafah yang akan memuliakan umat Islam dan mengembah dakwah ke seluruh penjuru dunia!
3 01 2009
arifrahmanlubis (04:18:21) :
yang harus diluruskan ini bukan perang dua pihak yang membela diri. bukan pula perang dua pihak yang bermusuhan karena kebencian ras.
palestina di JAJAH.
dan itu berlangsung sejak tahun 1948. mereka saat ini sedang berjuang memerdekakan diri.
3 01 2009
Pejuang Cinta (04:51:18) :
Israel dan Palestina akan damai jika Hamas tidak ada di Palestina….???hahahahaha…..TOLOL BIN GOBLOK BIN BODOH…….
Sewaktu Israel masuk ke tanah Palestina tahun 1947, belum ada Hamas di Palestina. tapi toh Israel membantai juga warga Palestina. jika Hamas tidak ada di Palestina, apakah Palestina dengan Israel akan damai…. BULLSHIT….!!!!!
redaksi kata itu harusnya berbunyi, KEDAMAIAN AKAN TERCAPAI APABILA ISRAEL TIDAK ADA DI PALESTINA…
3 01 2009
harikuhariini (05:50:24) :
Setuju dengan Zoel…. konflik yang ada bkn tentang agama…tapi tentang hasrat keserakahan manusia!!! ttg kekuasaan!!!
Jika agama tak lagi membawa damai, aku org pertama yg akan memilih untuk tak beragama.Ada yg mau ikut??
3 01 2009
KenyoK (07:19:56) :
Penghuni negar israel adalah binatang semua, karena mereka tidak mempunyai moral dan perasaan, mereka juga tidak mempunyai otak…..!!!
3 01 2009
Muhammad (07:47:19) :
Disaat Hamas Melempar Roket ke Israel, tidak ada yang komentar, begitu ada serangan balasan dari Israel, pada komentar Semua. Berfikir secara proaktif lah kita, jangan berfikir pakai dengkul, makanya negara yg mayoritas Islam nggak pernah maju2 karena otaknya di taruh di dengkul

Sabtu, 29 November 2008

pemikiran Faodzz

Saya pernah menulis tentang pengalaman pribadi saya, ketika memasok barang ke salah satu perusahaan minyak berskala internasional yang ada di Propinsi Riau, dimana saya harus membuat penawaran dalam USD. Sementara sebagai pemasok dengan kategori kecil, sudah barang tentu perusahaan kami tidak menyimpan dana kami dalam bentuk USD, sehingga dalam perhitungan penawaran kita selalu harus memasukkan selisih kurs dan beli. Bukan hanya sekali itu, bahkan beberapa PO yang berhasil kami dapatkan semuanya dibayar dalam mata uang USD.

Saya sungguh miris memikirkan ini, bagaimana mungkin mata uang kita sudah tidak mempunyai arti di negara kita sendiri. Menurut saya, apakah tidak sebaiknya semua perusahaan yang beroperasi di republik ini memakai rupiah saja. Namun sangat disayangkan, karena rupanya para pemimpin kita sendiri memberi teladan yang buruk. Dalam laporan harta kekayaan mereka terkadang ditemukan simpanan dalam bentuk USD atau SGD, jadi bagaimana masyarakat bisa percaya dengan rupiah jika pemimpinnya saja seperti itu.

Jika rupiah akhirnya menjadi anak tiri di negeri sendiri, mungkin lebih baik kalau secara terbuka kita tukar mata uang kita saja menjadi USD atau SGD. Ini hanya pendapat pribadi saya loh, kalau anda ingin memberi tanggapan, silahkan saja. Pendapat saya bisa

Pemanasan Global (GLOBAL WARMING)



patentmonkeydotcom.jpg

Perubahan Iklim Global atau dalam bahasa inggrisnya GLOBAL CLIMATE CHANGE menjadi pembicaraan hangat di dunia dan hari ini Konferensi Internasional yang membahas tentang hal tersebut sedang diselenggarakan di Nusa Dua Bali mulai tanggal 3 hingga 14 Desember 2007, diikuti oleh delegasi dari lebih dari 100 negara peserta. Salah satu penyebab perubahan iklim adalah Pemanasan Global (Global Warming).

Pemanasan Global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan Bumi. Pemanasan Global disebabkan diantaranya oleh “Greenhouse Effect” atau yang kita kenal dengan EFEK RUMAH KACA. Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya.

Istilah efek rumah kaca, diambil dari cara tanam yang digunakan para petani di daerah iklim sedang (negara yang memiliki empat musim). Para petani biasa menanam sayuran atau bunga di dalam rumah kaca untuk menjaga suhu ruangan tetap hangat. Kenapa menggunakan kaca/bahan yang bening? Karena sifat materinya yang dapat tertembus sinar matahari. Dari sinar yang masuk tersebut, akan dipantulkan kembali oleh benda/permukaan dalam rumah kaca, ketika dipantulkan sinar itu berubah menjadi energi panas yang berupa sinar inframerah, selanjutnya energi panas tersebut terperangkap dalam rumah kaca. Demikian pula halnya salah satu fungsi atmosfer bumi kita seperti rumah kaca tersebut. Sebagai Illustrasi sederhana tentang terjadinya pemanasan Global silahkan KLIK DISINI

Untuk mencegah dan mengurangi emisi gas karbondioksida dan efek rumah kaca mendorong lahirnya PROTOKOL KYOTO. Dinegosiasikan di Kyoto Jepang pada Desember 1997, dibuka untuk penandatanganan 16 Maret 1998 dan ditutup pada 15 Maret 1999. Persetujuan ini mulai berlaku pada tanggal 16 Pebruari 2005, setelah ratifikasi resmi yang dilakukan Rusia pada 18 November 2004.

Hingga 23 Oktober 2007 sudah 179 negara yang meratifikasi PROTOKOL KYOTO tersebut, daftar negara dapat anda lihat DISINI. Ada empat negara yang telah menandatangani namun belum meratifikasi protokol Kyoto tersebut yaitu, Australia (tidak berminat meratifikasi), Monako, Amerika Serikat yang merupakan pengeluar terbesar gas rumah kaca juga tidak berminat untuk meratifikasinya, sisanya Kazakstan. Tetapi setelah baru-baru ini Australia meratifikasinya menjelang konferensi perubahan iklim di Bali, maka tinggal Amerika Serikat sendiri sebagai negara industri besar yang belum meratifikasinya. Negara lain yang belum memberikan reaksi adalah Afghanistan, Andorra, Brunei, Rep. Afrika Tengah, Chad, Komoro Island, Irak, Taiwan, Republik Demokratik Arab Sahrawi, San Marino, Somalia, Tajikistan, Timor Leste, Tonga, Turki, Vatikan, dan Zimbabwe.

Dikutip dari sumber :

MENLH.GO.ID
EFEK RUMAH KACA
PROTOKOL KYOTO
STATUS RATIFIKASI PROTOKOL KYOTO per Oktober 2007

Ada apa dengan SBY..??

Kumpulkan Raja-Raja, SBY Sebut Tak Ada Muatan Politis
Anwar Khumaini - detikNews


Jakarta - Presiden SBY mengumpulkan raja-raja seluruh Indonesia di Istana Negara. Presiden membantah pertemuan ini bermuatan politik.

"Pertemuan ini tentu bukan forum politik. Lebih dari itu," ujar Presiden SBY saat memberikan sambutan di hadapan para raja Nusantara yang dia undang di Istana Negara, Sabtu (29/11/2008) malam.

Sayangnya, wakil dari Keraton Yogyakarta tidak hadir dalam pertemuan ini. Presiden menekankan, forum ini adalah forum peradaban, budaya, kesejarahan, serta warisan yang menunjukkan kebesaran serta kemasyhuran bangsa Indonesia.

"Jangan direduksi menjadi urusan politik dan administrasi. Kita masuk dalam ranah yang lebih mulia," kata SBY.

Indonesia, lanjut SBY, bisa menjadi negara yang besar jika terus mengembangkan budaya bangsa. "Kalau negara kita benar, daya saing dan kemandirian bisa kita tingkatkan," imbuhnya.

Keraton-keraton di Indonesia menurut SBY terbukti sebagai pusat peradaban serta tempat untuk mengembangkan budaya bangsa. Namun demikian, lanjut SBY status kerajaan semakin termarjinalkan akibat sistem politik serta perundang-undangan yang makin menjauhkan kraton dengan masyarakat.

"Akhirnya kita tercerabut dari akar budayanya," katanya.

SBY mengimbau, para pemimpin yang akan datang hendaknya semakin memperhatikan keberadaan kraton sebagai aset bangsa yang sangat berharga. Serta warisan budaya yang harus dilestarikan agar anak cucu kita bisa menikmatinya di masa yang akan datang.

SBY juga berpesan agar para raja di Nusantara juga memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan Indonesia di masa mendatang. "Saya mohon bapak dan ibu berkontribusi untuk membangun bangsa. Tentu sumbangannya akan besar sekali," pungkasnya.

Acara ini dihadiri oleh perwakilan kerajaan dari 17 daerah di Indonesia. Beberapa raja yang tampak hadir adalah raja-raja dari Riau,Sumsel, Kepulauan Riau, sumbar, lampung, jatim Madura, Sulteng, Sumbar, Maluku, Papua, Madura, bali, NTB, NTT, Kalbar, Kaltim, sulsel. Juga hadir ketua asosiasi 20 raja bangsawan penerima nobel di Eropa.(anw/n

cwO RoOmaNtiezzz

WANITA cenderung menginginkan pasangan yang ada di sampingnya bisa menjadi pria romantis dan penuh perhatian.
Seperti yang dilansir askmen, wanita jatuh cinta kepada pria yang memiliki rasa pengertian dan perhatian yang begitu mendalam kepada pasangannya. Untuk itu, ada berbagai cara yang dapat lakukan.
Cobalah untuk memahami labih dalam sisi wanita
Tidak selamanya pria bisa mengerti dengan jelas apa yang diinginkan oleh seorang wanita. Karena itu, belajarlah untuk memperlakukannya semanis mungkin terutama pada saat si dia sedang datang bulan.
Ungkapkan rasa cintamu melalui puisi-puisi cinta
Kamu tidak perlu melakukan hal ini setiap hari. Tapi kamu bisa mengungkapkan isi hatimu saat tengah merindukannya atau pada saat acara-acara tertentu dalam hubungan kalian berdua melalui sebuah puisi.